_Fathah Dian Sari_ (dari berbagai sumber) Artikel ini saya buat untuk fahima.org, direvisi oleh tim PPA Fahima (Japan), dimuat dan dipublish oleh fahima.org/en/ tanggal 7 September 2013 dengan judul "Menemani Anak Membuka Lembaran Baru di Negeri Sakura"
Sekedar cerita dari tawa dua putri kecil kami... yang semoga bisa menginspirasi dan membangkitkan semangat untuk menjadi orang yang lebih berarti ... With luv Umminya Salsa dan Tiara :)
Selasa, 04 Februari 2014
Menemani Anak Membuka Lembaran Baru di Negeri Sakura
``Dan kepunyaan-Nya-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah (ada) wajah-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.`` (QS Al-Baqarah [2] ayat 115)
Tinggal beberapa hari sebelum keberangkatan ke Jepang. Paspor, VISA, tiket pesawat dan segala hal yang berhubungan dengan keberangkatan sudah dipersiapkan. Senang, grogi, cemas, dan khawatir bercampur jadi satu, apalagi ini adalah kali pertamanya menempuh perjalanan panjang dengan buah hati tersayang demi menggapai cita yang selama ini diidamkan. Senang karena akhirnya apa yang menjadi cita-cita dapat diwujudkan, sedih karena harus berpisah dengan orang tua, saudara, sahabat, dan khawatir karena belum terbayangkan bagaimana nantinya hidup di negri asing yang sama sekali belum pernah dikunjungi. Bagaimana orang-orangnya, bagaimana budayanya, bagaimana makanannya, bagaimana sekolah anak-anak, dll adalah pertanyaan yang sering kali mengganggu pikiran. Terlebih untuk si kecil, bagaimana nantinya mereka bisa beradaptasi di lingkungan yang baru dengan kondisi sosial dan alam yang jauh berbeda seperti apa yang mereka jumpai dalam kesehariannya lalu bagaimana membawa mereka terbang naik pesawat dengan waktu tempuh yang lama. mbak Salsa asyik belajar
Membawa serta si kecil dalam perjalanan jauh dengan pesawat memang menjadi salah satu kekhawatiran tersendiri karena si kecil yang senang bergerak aktif akan lebih cepat bosan, mudah rewel, dan tidak tenang selama perjalanan, belum lagi kerepotan-kerepotan lain seperti buang air dan sebagainya. Apalagi mengingat jarak antara Jepang-Indonesia tidak dapat ditempuh dengan satu kali naik pesawat, paling tidak membutuhkan sekali dan dua kali transit dengan waktu berjam-jam. Berdasarkan penelitian, usia 3 bulan adalah usia aman untuk membawa si kecil terbang dengan pesawat karena pada usia ini fisiologis pertumbuhan dan perkembangan si kecil maksimal sehingga ia siap menghadapi gangguan akibat perubahan lingkungan. Agar perjalanan dengan si kecil menyenangkan, berikut beberapa tips yang dapat dipersiapkan.
1. Pilih waktu penerbangan yang paling nyaman saat memesan tiket. Ambil jam penerbangan pada waktu-waktu si kecil istirahat, setidaknyameskipunrewelakanterkalahkanoleh rasa kantuknya.
2. Pesan tempat duduk yang satu deret untuk keluarga. Untuk yang satu ini kita bias memesan tempat duduk sesuai kehendak, tapi tentunya dikenakan biaya tambahan.
3. Pilih tempat duduk di sisi lorong untuk memudah kan kita keluar-masuk saat mengurus si kecil.
4. Bawa tas ransel berisi persediaan baju, diapers, tisu basah, selimut, susu, dan makanan, tentunya sesuaikan juga dengan beratnya agar praktis diletakkan di kabin, sehingga jika dibutuhkan dapat segera diambil.
5. Cari informasi tentang musim di Jepang saat bulan kedatangan kita, sehingga kita dapat mempersiapkan kostum yang tepat ketika turun dari pesawat.
6. Bawa beberapa mainan ukuran kecil.Untuk balita yang sudah lebih besar dapat dibawakan buku dan pensil untuk menggambar/mewarnai atau biarkan bermain game.
7. Jangan lupa membawa kain gendongan karena setiap maskapai penerbangan mempunyai aturan berbeda untuk stroller.
8. Sampai di bandara lebih awal agar tidak tergesa-gesa.
9. Ingat, tidak boleh membawa tempat air lebih besar dari 100 ml di dalam pesawat. Susu dan makanan bayi diperbolehkan, namun seringkali kita akan diminta untuk mencicipinya
10. Mintalah kursi sekat dan siapkan tempat tidur bayi sebelum penerbangan. Bassinet dapat digunakan untuk anak hingga usia 18 bulan, namun paling cocok untuk bayi di bawah delapan bulan.
11. Pakai ear plug untuk membantu si kecil mengurangi suara keras pesawat saat take off dan landing.
12. Susui si kecil atau beri minum (dikondisikan supaya si kecil menelan) sehingga perbedaan tekanan saat take off atau landing tidak membuat si kecil tidak nyaman.
13. Tenangkan pikiran dan jangan lupa berdoa, insyaallah perjalanan dengan si kecil akan berjalan lancar, sehat dan selamat sampai di Jepang.
Alhamdulillah, senangnya melihat si kecil yang tetap sehat dan semangat setelah menempuh perjalanan jauh untuk pertama kalinya. Kini giliran memperkenalkan lingkungan yang baru pada mereka agar mereka cepat beradaptasi. Adaptasi dapat diartikan sebagai penyesuaian terhadap lingkungan. Kemampuan anak dalam beradaptasi berbeda-beda. Ada tipe anak yang mudah beradaptasi namun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi, sehingga sangat penting untuk mengetahui karakter si kecil. Jika ia memang memerlukan lebih banyak waktu maka biarkan ia merasa nyaman dahulu dengan mengobservasi lingkungan barunya, bantulah ia dengan sabar. Jangan sampai proses adaptasi si kecil kita diwarnai dengan paksaan dan ancaman yang dapat membuatnya tertekan. Berikut ini beberapa tips agar si kecil mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Menemani.
Hendaknya kita dengan sabar menemani si kecil karena ia masih membutuhkan orang yang dikenalnya sebagai tempat berlindung dan mencari rasa aman.
Beri gambaran positif.
Beri gambaran positif tentang lingkungan baru yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti, kaitkan dengan hal-hal yang ia suka, seperti pemandangan alam dan suatu kegiatan yang menjadi kebiasaannya.
Frekuensi.
Sering-seringlah mengajaknya untuk sekadar jalan-jalan di sekitar rumah (apato) agar ia terbiasa.
Taman bermain.
Ajaksi kecil ke tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi oleh sesama balita, sehingga ia bisa mengembangkan kemampuan sosialnya.Mbak Salsa dan Dek Rara maen ke taman sama teman-teman baru
Kondisi di Jepang jelas berbeda dengan di Indonesia, biasanya kendala utama yang memperlambat adaptasi si kecil di sini adalah faktor bahasa, apalagi jika orang tua juga mengalami hal serupa. Hal yang dapat kita lakukan adalah mengajari mereka kata-kata dasar agar tidak terasing di lingkungan baru, seperti kata sapaan umum, “ohayou gozaimasu, konnichiwa, dll...” dan kata yang umum digunakan seperti “arigatou, gomennasai, sumimasen, dll...” tentunya dengan cara mengajar yang menyenangkan. Bermain sambil belajar misalnya, sambilberjalan menuruni tangga, ajak ia menghitung tiap satu anak tangga, “ichi, ni, san, shi,” dan seterusnya atau saat jalan-jalan untuk belanja, berilah ia contoh untuk menyapa orang lain. Lama-kelamaan ia akan tahu kapan dan dengan siapa dia harus berbahasa.Jangan lupa memberinya dukungan dan menghargai si kecil ketika ia berhasil melakukan atau mengucap sesuatu. Hal itu dapat membesarkan hatinya. Apalagi umur dua sampai empat tahun adalah waktu yang tepat untuk mengajarinya berbahasa.Mbak Salsa pake yukatta, ada festival di Hoikuen (PAUD/TK)
Faktor kedua adalah faktor lingkungan, perubahan musim yang cepat akan berpengaruh pada kesehatan si kecil, terutama musim dingin. Karena ia terbiasa tinggal di daerah tropis, perubahan suhu pada musim dingin tentunya cukup extrem bagi si kecil. Hal ini dapat diatasi dengan pemilihan pakaian yang baik dan juga asupan makanan yang mendukung di saat musim dingin. Daging, yogurt, dan makanan olahan keju sangat disarankan untuk dimakan musim dingin, terlebih karena hawa dingin cepat membuatnya merasa lapar. Untuk berbelanja kebutuhan musim dingin ada baiknya menunggu winter sale di awal karena discount-nya mencapai 50% atau dapat juga membelinya di 2nd Street yang umumnya ada di tempat-tempat strategis. Jika baru pertama datang, belilah secukupnya saja baru dilengkapi kemudian ketika ada sale. Tidak perlu khawatir, insyaallah anak-anak akan lebih mudah beradaptasi karena tubuhnya akan membentuk sistem imun dengan sendirinya.
Faktor ketiga terkait dengan makanan. Tinggal di negeri dengan jumlah muslim minoritas membuat kita sebagai orang tua harus selalu berhati-hati dalam memilih makanan untuk keluarga, mana yang halal dan boleh dimakan dan mana yang haram. Cara paling baik adalah membeli sendiri bahan-bahan makanan dan memasaknya sendiri. Apalagi tidak semua lidah orang Indonesia cocok dengan masakan Jepang yang rasanya lebih tawar dan kebanyakan mentah. Untuk memperoleh bahan makanan yang halal, seperti daging juga bumbu-bumbu khas Indonesia, kita dapat membelinya di beberapa toko online. Daftar beberapa makanan halal yang dijual di supermarket dapat juga kita lihat di facebook halal Japan dan serijaya Indonesia atau silahkan mencari tahu tentang makanan halal dari teman-teman yang sudah terlebih dahulu datang. Karenaada sebagian makanan yang halal namun tidak dibubuhi tanda halal di kemasannya, maka kita perlu tau huruf kanji, katakana, dan hiragana untuk bahan-bahan tertentu, seperti alkohol, babi, dll, sehingga kita juga dapat belajar memasak masakan Jepang dengan variasi bumbu yang cocok di lidah si kecil dan keluarga. Happy Cooking ;)
``.. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.`` (QS Al-Hadiid[57]ayat 4)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
uwah,nggak kebayang ya mbk ngajari anak bahasa jepang....apalagi kao anaknya balita,nggak kebayang lagi deh hehhe
BalasHapusJadi gado2, Mak bahasanya 😘, hihi...
Hapusmauu ke jepanggg :)
BalasHapusmau ketemu aoyama gosho :)
Ayoook sini mbak Pudja, ku ajak jalan2 wes... suerrr ;D
BalasHapus