Sekedar cerita dari tawa dua putri kecil kami... yang semoga bisa menginspirasi dan membangkitkan semangat untuk menjadi orang yang lebih berarti ... With luv Umminya Salsa dan Tiara :)
Minggu, 26 Januari 2014
Ini Ceritaku, Mana Ceritamu? (hihihi...)
Jadi istri yang selalu patuh dan taat pada suami itu... sesuatu ya... bener-bener harus ekstra ngeremnya, hehe... apalagi yang suka tawar-menawar seperti saya, hingga sindiran “makjleb” pun selalu jadi cara jitu untuk membuat saya jadi menjep, qkqkqk... “Beginilah kalau punya istri yang ‘pinter’... pinter nggeyelnya, hahahahaha....” Begitulah candanya ketika sudah tak kuasa ‘meladeni’ saya. Entah kenapa ada saja alasan dan cara yang membuat saya jadi istri ‘bandel’, diminta A ditawar jadi B, paling enggak A pluslah atau A minus, paling pasrah B pluslah atau B minus (macam transkrip nilai saja) yang penting nggak A bangetlah... hihi... selalu saja nggeyel, “kalau nggak nggeyel bukan istri abi dong.”
Seumuran, satu angkatan, dan sama-sama anak pertama membuat masing-masing dari kami tak mau mengalah, seperti sahabat saja, ya memang benar sih sahabat dalam berumah tangga ;) Unik memang, pernikahan kami berlangsung kilat, cukup 2 bulan saja mengenalnya dan cukup 2 minggu saja memantapkan hati menerima lamarannya. Siapa sih dia yang bisa menaklukkan hati saya? Ecieee.... Jangan dikira suami saya adalah lelaki paling romantis sedunia ya... alih-alih romantis, yang ada adalah lelaki paling ajaib yang pernah saya kenal. Bawaannya serius melulu, kalau ketawa hampir ndak pernah kelihatan giginya, senyum, hanya begitu saja, mending kalau senyumnya manis... lha itu, datar-datar saja, tak ada yang istimewa, peace abi peace ^^v. Beda halnya dengan saya yang suka tebar senyum kemana-mana, haha... Dan yang membuat saya illfeel dan horor adalah kebiasaanya yang satu itu, membaca buku. Mending buku novel atau buku apalah yang dibacanya.... tidak oh tidak... hobinya adalah membaca TEXTBOOK! Waktu itu buku yang dibawanya kemana-mana adalah buku Condensed Matter of Physics dan Quantum Mechanics, alamak.... meski saya tergolong mahasiswa yang rajin, tapi... tapi... tidak sebegitunya kaleee hingga pas KKN pun seperti orang yang kejar tayang hingga textbook pun dibawa kemana-mana. Bertemu dengan tipe mahasiswa seperti dia, otomatis saya langsung ngaciiirrrrr... takut terkontaminasi, takut ketularan, takut masa muda saya ‘tertekan’, xixixi... Olala... ternyata kamu begitu..., tapi ya itulah my hubby hunny bunny. Nasib ya nasib... Sampai sekarang pun saya tak percaya kok bisa ya nikah dengan orang macam suami saya, hahaha....
Ternyata kebiasaan itu masih lestari dari jaman masih muda hingga kami beranak dua. Pekerjaan yang tak jauh-jauh dari dunia pendidikan menuntutnya untuk terus update menambah pengetahuan. Seingat saya, tiada satu hari pun yang ia lewatkan tanpa membaca buku-buku ilmiah, meski harus dengan ‘sembunyi-sembunyi’ dan curi-curi waktu takut diomelin istrinya. Begitulah suami saya, mau ummi dan anak-anak berisik, jungkir balik, heboh dan segala macamnya tak jua bisa meruntuhkan konsentrasinya, tetep enjoy saja belajar dan membaca. Sambil menimang putri kami yang rewel, menemani si sulung belajar, main kuda-kudaan, nonton TV atau sekedar menemani saya memasak tak akan lepas itu hobinya, paling mentok baca surat kabar atau online news. Hingga suatu ketika saking gemesnya saya bilang, “ummi itu ndak akan pernah dan ndak akan mungkin cemburu sama wanita, tapi yang paling membuat ummi cemburu adalah FISIKA!” dan seperti biasa hanya ditanggapinya dengan tersenyum saja. Sabar... sabar... gemes... gemes... “Gregeten tak delikke loh, Bi, bukune”
“Ahahahahaha... ummi... ummi... kalau lagi marah masyaaloh cantiknya... bikin abi takut.... takut jatuh cinta setengah mati.”
Kalau sudah begitu mau dijawab apalagi coba? Hadeh...
Sampai-sampai saya mendadak jadi psikolog yang coba menganalisis tipe seperti apa suami saya. Dan ternyata dari studi literatur dan studi lapangan (hehe...) saya menemukan 2 kesimpulan, kesimpulan pertama suami adalah orang yang istiqomah, teguh, dan khusyu, terbukti dengan konsentrasinya yang tak mudah goyah. Sikap dan perilakunya tak mudah tepengaruh oleh dunia luar, apa yang ia yakini itu baik, bermanfaat, dan tidak merugikan orang lain, maka akan ia pertahankan seterusnya. Nah, yang paling mengangetkan adalah kesimpulan saya yang kedua, yaitu suami saya adalah orang yang cuek, tidak peduli dengan lingkungan sekitar, seandainya ada gempa bumi atau apapun di sekitarnya mungkin ia tidak akan lari karena asyik dengan dunianya, kalau boleh saya katakan, sense of social-nya kurang, loadingnya lambat bahasa kerennya (kali ini saya harus bener-bener minta maaf ini, sungkem ya, Bi... hihihi...). Hmmm... jadi mana yang bener? Masih misteri, halah... yang pasti ternyata kesimpulan kedua tidak begitu tepat karena ternyata ketika tiba-tiba ‘dites’, ya... nyambung-nyambung saja tuh... Huuuuhhh... pusing... pusing... Ketika saya tanya “kok bisa ya?”, selalu saja dijawab “ya bisa, namanya saja suka.” ;) begitu selalu, simpel saja, hiks.... Ah... sudahlah, tidak ada gunanya terus-menerus berprasangka, toh awalnya kita beda dan mulai membangun keluarga ini bersama. Dan ‘kebiasaan’ itu bukan sesuatu yang tabu, justru malah jadi pemacu untuk selalu menggali ilmu. Semoga kelak apa-apa yang baik dari abi dan ummi dapat dicontoh oleh anak-anak dan apa-apa yang buruk senantiasa dijauhkan dan dijadikan lebih baik, aamiin Ya Alloh... Harapan ummi mbok yao kerjanya di kantor saja, kalau di rumah nggih “leren”, isirahat, lebih banyak waktu untuk keluarga. Bagaimanapun abi kami selalu sayang, semoga senantiasa istiqomah mencari ilmu dan menjemput rizki yang halal. Semoga ilmu menjadi salah satu jalan bagi keluarga kita untuk mendekatkan diri pada-Nya. Maafkan ummi ya, Bi... masih harus banyak belajar untuk menjadi istri sholehah yang penyabar.
Memang, tak semua berjalan mulus seperti apa yang kita harapkan. Kadang kerikil kecil justru menjadi senjata tajam yang menggores luka mendalam. Menyurutkan smangat untuk berjalan ke depan, meski dengan terpaksa tidak ada kata untuk berhenti atau juga bertahan (?)
Semua berputar, duniapun berputar, tapi... duniaku tak beranjak ke depan. Hanya berdiam, stagnan.
Siapa yang tak bersyukur dan kenapa harus bersyukur? Menjadi sebuah pertanyaan memilukan, menyedihkan untuk seorang yang mengaku iman.
Karena hanya dengan ridlomulah aku menapak maju semakin yakin untuk beroleh ridlo-Nya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
fisikaaaaa, hihiiii..tapi seru kn Maak
BalasHapusSeru sekali, Mak Astin... apalagi istrinya orang kimia, hihi...
Hapus#gak nyambung :p
perasaan aku udah koment ya, tapi kok gak ada. toeng~
BalasHapusah susah ya mbak sama orang yang serius~ tapi banyak sukanya donk daripada susahnya. hoho..
perbedaan itu kan indah,, malah tambah seru~
coba kalau sifatnya sama. berabe pasinya ^^
gak usah grogi gitu deh, Mak Vera, qkqkqk... #kabooor...
Hapusbener bangeet..., kalo sama terus rasanya jadi tawar, kurang garam (eh? ^^v)
Yeaaaaaa romantisme fisika :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBegitulah mak Hana, nasib ya nasib... hahaha... #becanda ;)
HapusXixixi.... unik, ya... Suami Emak punya blog juga, kah? Boleh tuh sy coba baca ^_^
BalasHapusitulah dia, mak... Katanya gak sempat ngeblog :p
HapusHooo baru tau kalo FadiƩ n suami seangkatan, pantesan yo mirip2 lah sama ceritaku, hihihi
BalasHapusNeno...!! hihi... lha baru tau to? qkqkqk...
Hapusgimana2 ceritanya? #siap2 nyimak :D